Laman

Rabu, 28 Desember 2011

Karsa,Rasa,Cipta

Karsa, Rasa, Cipta

Keris manjing warangka, warangka manjing curiga. 'aku' adalah isi dari wujud yang kukenal sekarang ini, didalam 'aku' bisa saja tumbuh berbagai 'jiwa', didalam 'jiwa' terkandung cipta rasa karsa, karena cipta rasa karsa, maka 'aku' berderajat setingkat diatas makhluk lainnya,
tri tunggal inilah yang mendominasi akal manusia, karena hal ini pulalah manusia bergelar Wakil Sang Pencipta, manusia adalah tuan dari segala yang pernah diciptakan, tapi manakala salah satu dari ketiga unsur ini merajalela, derajatnya sang 'aku'  jadi lebih rendah dari binatang, tekad ucap lampah 'ingsun' jauh dari sejatining keramat, sejatining keramat berisikan; 'pengaruh'  'wibawa'  dan  'kharisma', 'pengaruh' hasil dari usaha dan kerja keras mengamalkan ilmu sejati, 'wibawa' hasil dari ketaatan pada Guru Ratu WongAtua Karo, 'Kharisma' hasil dari pelaksanaan ajaran Rasul dalam ketaatan pada Gusti Allah, kesemuanya menyuruh kepada laku lampah, bukan panjang angan-angan sebab berkuasanya cipta didalam 'jiwa', kesemuanya terfokus pada ketaatan, bukan sekehendaknya sang 'karep' membawa wujud tanpa arah, kesemuanya karena sudah tahu kepada rasa yang tunggal; manunggaling rasa, bukan kesamaran rasa, merasa benar didalam salah, yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan,
rasa yang paling sering didatangi sang utusan Pencipta,
rasa yang paling cepat menerima sentuhan alam,
rasa yang paling mampu menangkap bahasa universal,
rasa yang paling mudah tersentuh melihat yang nyata atau ghaib,
rasa yang paling jujur  melebihi jujurnya indera lahiriyah,
rasa yang paling menerima ganjaran nikmat atau siksa,
rasa yang paling apa adanya mengungkap kebenaran,
rasa yang paling melihat bahwa kita selalu dilihat,
rasa yang paling akhir pergi dari badan,
bahkan rasa ikut masuk bersama badan kedalam kubur meski hidupnya sudah tiada, begitu itu jika rasanya terlalu mencintai dunia (wujud baru), begitu itu karena belum mengenal rasa sejatinya,
rasa sejati itu sengaja diutus sebagai penyeimbang,
rasa ada ditengah antara cipta dan karsa,
rasa adalah pembagi atau per( / ) bagi keduanya,
maka jika cipta atau pikir bekerja harus per-rasa-an, begitupun jika karsa atau keinginan meronta harus per-rasa-an, jika kita mampu berlaku seperti itu; maka jadilah kita manusia yang ber per-rasa-an, artinya sudah tahu bahwa rasa tunggal; manunggaling rasa, kalau dicubit merasa sakit; maka tidak mau mencubit, kalau diejek merasa terhina; maka tidak mau mengejek, untuk pengenalan yang lebih akrab harus sering kembali kepada rasa, jika keseimbangan jiwa terganggu  harus cepat kembali kepada rasa, jika terseok tersungkur oleh uji coba  harus mampu kembali kepada rasa, semakin banyak pengalaman kebaikan maka akan mudah kembali kepada rasa, jangan biarkan lidah berbohong, pikir mengingkari, hati menolak, supaya jujur kembali kepada rasa, kafir itu menolak kebenaran, isinya iman itu mau menerima segala kebenaran yang kembali kepada rasa, rasa sakit dan rasa nikmat sebagai pengembalian kesucian; bisakah apa adanya kembali kepada rasa, berjiwa besar, keluasan ilmu dan kebijaksanaan  karena bisa melihat semua kembali kepada rasa,
tidak terasa apa-apa; oleh apa-apa; karena tidak akan apa-apa kalau kita tidak berbuat apa-apa ; yang maha apa-apa, selalu apa-apa kepada yang merasa ada apa-apanya;
maka keputusan akhir ada pada rasa,
yaitu : rasa curiga kepada yang maha apa-apa, masa ... menciptakan kita tanpa bawa apa-apa, maka apa perabotnya untuk mengenal yang maha apa-apa, tanpa kita mengenal rasa apa-apa, jadi jangan sungkan, bahkan harus sukuran jika kita merasakan suatu rasa, rasa ... apa saja, dengan paripurnanya pengalaman rasa, maka Allah tinggikan derajat GuruSejati,
sederajat para mujahid dan utusan Allah ... amiin.

ditulis oleh : Abu Marali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar